PENERAPAN PROSES PANAS PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PANGAN BIR PLETOK WILAYAH JAKARTA SELATAN
Abstract
Bir pletok adalah minuman tradisional yang memiliki tingkat keasaman rendah. Setiap industri kecil menengah pangan (IKMP) bir pletok perlu mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi keamanan serta umur simpan produk yang dihasilkannya, khususnya untuk menghindari proses termal yang tidak tepat yang dapat meningkatkan risiko keamanan produk. Selain itu, data validasi proses untuk memeriksa kecukupan panas di IKMP bir pletok juga belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil proses produksi bir pletok di IKMP yang menggunakan teknologi proses termal, serta mendapatkan data parameter proses termal dalam rangka pemenuhan persyaratan kecukupan panas. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (1) pengumpulan data IKMP bir pletok di Kota Jakarta Selatan; 2) pengembangan dan validasi kuesioner; (3) pelaksanaan survei di IKMP bir pletok; (4) pengujian masa simpan sampel bir pletok terpilih; (5) pengolahan data; serta (6) penyusunan rekomendasi. Aplikasi proses termal yang dilakukan oleh IKMP bir pletok menggunakan 2 metode yaitu pasteurisasi dan proses pengisian panas (hot filling). Proses produksi di IKMP bir pletok dengan kode BP2 merupakan proses yang paling baik di antara IKMP bir pletok lainnya. Produk BP2 memiliki pH akhir 5,2, dengan suhu pengisian 73,3 °C, headspace 5,3 cm, dengan total mikroba (total plate count/TPC) tidak terdeteksi, serta nilai angka kapang dan kamir yang juga tidak terdeteksi. Kemasan yang digunakan adalah botol kaca 525 mL, dengan masa simpan mencapai 2 bulan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Batubara, I., Mitsunaga, T., & Ohashi, H. (2010). Brazilin from Caesalpinia sappan wood as an antiacne agent. Journal of Wood Science, 56(1), 77-81.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2015). Kategori Pangan 01.0 Produk Susu dan Analognya, Kecuali yang Termasuk Kategori 2. Peraturan Kepala Badan POM Nomor 1 Tahun 2012 tentang Kategori Pangan. Jakarta.
Daulay, S. S. (2000). Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan implementasinya dalam industri Pangan. Pusdiklat Industri. Jakarta.
Desrosier, N. W., & Desrosier, J. N. (1977). The technology of food preservation (No. Ed. 4). AVI Publishing Company, Inc.
[DPPKUKM] Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. (2019). Laporan profil IKM Jakarta Selatan 2016-2019. Jakarta.
Emilda, E. (2018). Efek senyawa bioaktif kayu manis (Cinnamomum burmanii nees ex. Bl.) terhadap diabetes melitus: kajian pustaka. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 5(1), 246-252.
Farrell, K. T. (1998). Spices, condiments and seasonings. Springer Science & Business Media.
Hariyadi, P. (2018). Teknologi Proses Termal untuk Industri Pangan. Media Pangan Indonesia Bogor.
Ishartani, D., Kawiji, K., & Khasanah, L. U. (2012). Produksi bir pletok kaya antioksidan. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 5(1).
King R. A. (2000). The role of polyphenol in human health. In: Brooker (ed). Tannin in livestock and human nutrition. ACIAR Proceedings (92): 202-234.
Kristanti, N. D., Warnaen, A., & Daning, D. R. A. Titik kontrol kritis pada pengolahan susu pasteurisasi di Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Malang. Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan, 15(1), 1-7.
Kurniadi, M., Kusumaningrum, A., Nurhikmat, A., & Susanto, A. (2019). Proses termal dan penggunaan umur simpan nasi goreng dalam kemasan retort pouch. Jurnal Riset Teknologi Industri, 13(1), 9-21.
Mayani, L., Yuwono, S. S., & Ningtyas, D. W. (2014). Pengaruh pengecilan ukuran jahe dan rasio air terhadap sifat fisik kimia dan organoleptik pada pembuatan sari jahe (Zingiber officinale). Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(4), 148-158.
Muchtadi, D. (2019). Pangan Fungsional & Senyawa Bioaktif. Alfabeta.
Muliani, L. (2017). Mempromosikan bir pletok sebagai minuman khas betawi melalui penyajian sebagai welcome drink. Majalah Ilmiah Bijak, 14(2), 219-235.
Mursalin, M., Nizori, A., & Rahmayani, I. (2019). Sifat fisiko-kimia kopi seduh instan liberika tungkal jambi yang diproduksi dengan metode kokristalisasi. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi JIITUJ, 3(1), 71-77.
Nirmal, N. P., Rajput, M. S., Prasad, R. G., & Ahmad, M. (2015). Brazilin from Caesalpinia sappan heartwood and its pharmacological activities: A review. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 8(6), 421-430.
Rahayu, W. P. (2000). Aktivitas antimikroba bumbu masakan tradisional hasil olahan industri terhadap bakteri patogen dan perusak.
Sait S, Lubis EH, Pudjaastuti T. (1992). Potensi minyak atsiri cabe jawa sebagai sumber bahan obat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1(3): 21-22
Santoso, H. B. (2008). Ragam & Khasiat Tanaman Obat. AgroMedia.
Sanusi, M. (1999). Penelitian Zat Warna Kayu Sappang Asal Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Balai Penelitian Kimia.
Sinaga. (2008). Amomumcarmomosi wild. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat. Universitas Nasional Jakarta
Sugiyono, S. (2013). Proses Produksi Sari Buah Pala Instan. Paten dan Invensi (Granted).
Wiguna, D. (2011). Pengaruh suhu dan transparansi kemasan terhadap stabilitas kapasitas antioksidan sebagai parameter umur simpan bir pletok. Skripsi, Insitut Pertanian Bogor, Bogor.
DOI: http://dx.doi.org/10.31153/js.v23i1.865
Refbacks
- There are currently no refbacks.