ANALISIS PENYEBAB PENOLAKAN PRODUK PERIKANAN INDONESIA OLEH UNI EROPA PERIODE 2007 – 2017 DENGAN PENDEKATAN ROOT CAUSE ANALYSIS
Abstract
Produk perikanan yang diekspor ke Uni Eropa dipersyaratkan untuk diproduksi dari Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang telah mempunyai sertifikat penerapan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) Grade A. Beberapa kasus penolakan oleh negara pengimpor masih terjadi dengan alasan ditemukannya cemaran mikrobiologi dan kimia yang melebihi ambang batas standar Uni Eropa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penyebab penolakan dan faktor utama yang berpengaruh sebagai penyebab kasus penolakan tersebut dengan menggunakan pendekatan Root Cause Analysis (RCA). Data yang digunakan adalah data penolakan produk perikanan yang diekspor ke Uni Eropa selama periode 2007-2017. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebab utama penolakan produk perikanan Indonesia utama adalah cemaran merkuri (33 kasus) dan cemaran histamin (16 kasus). Cemaran merkuri terjadi oleh pencemaran lingkungan perairan oleh limbah industri yang menggunakan merkuri dan frekuensi monitoring di setiap rantai proses yang kurang memadai. Cemaran histamin terjadi karena kurangnya pengetahuan nelayan dan pelaku usaha di tingkat produsen primer dalam hal cara penanganan ikan yang baik dan masih belum tercapainya penerapan cold chain system yang baik pada rantai proses.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Akbar AW, Daud A, Mallongi A. (2014). Analisis Risiko Lingkungan Logam Berat Cadmium (Cd) pada Sedimen Air Laut di Wilayah Pesisir Kota Makassar. Makassar (ID)
Aulia R, Handayani T, Yennie Y. (2015). Isolasi, identifikasi dan enumerasi bakteri Salmonella spp. pada hasil perikanan serta resistensinya terhadap antibiotik. BIOMA 11(1): 15-33
Anonimus (2013). Shift Indonesia your Operational Excellence Guide. Retrived January 6, 2018 from http://shiftindonesia.com/5-langkah-lakukan-root-cause-analysis-sebagai-bagian-dari-problem-solving/
Batchelor J. (2017). Root Cause Analysis Is Transforming Audit Quality. Retrived January 6, 2018 from https://www.ifac.org/global-knowledge-gateway/audit-assurance/discussion/root-cause-analysis-transforming-audit-quality
[BKIPM] Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan. (2017). Prosedur Sertifikasi PMMT Berdasarkan HACCP. Revisi 2. Jakarta (ID)
[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2009). Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Retrived March 8, 2018 from www.codexindonesia.bsn.go.id/
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006a. Ikan Segar-Bagian 1:Spesifikasi : SNI 01-2729-1-2006. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Bappenas. (2016). Kajian Strategi Industrialisasi Perikanan untuk Mendukung Pembangunan Ekonomi Wilayah. Jakarta (ID)
[CD] Commission Decision 94/324/EEC. (1994). Special condition governing import of fishery and aquaculture products originating in Indonesia. Official Journal of the European Communities: The Council of The European Union.
[EC] Regulation No 178/2002. (2002). The General Principles and Requirements Of Food Law, Establishing The European Food Safety Authority and Laying Down Procedures in Matters of Food Safety.Official Journal of the European Communities: The Council of The European Union
[EC] Commission Regulation No 1881/2006. (2006). Setting Maximum Levels for Certain Contaminants in Foodstuffs.Official Journal of the European Communities: The Council of The European Union
Dwiyitno. (2010). Identifikasi bakteri patogen pada produk perikanan dengan teknik molekuler. 5(2): 67-78
Dewanti R. (2016). Orasi Ilmiah Guru Besar IPB. pendekatan pasangan pangan-patogen untuk membangun keamanan pangan di Indonesia. PT. Penerbit IPB Press
European Commission – Health and Food Safety. (2007). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2007 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
European Commission – Health and Food Safety. (2008). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2008 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
European Commission – Health and Food Safety. (2009). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2009 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
European Commission – Health and Food Safety. (2010). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2010 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
European Commission – Health and Food Safety. (2011). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2011 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
European Commission – Health and Food Safety. (2012). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2012 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
European Commission – Health and Food Safety. (2013). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2013 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
European Commission – Health and Food Safety. (2014). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2014 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
European Commission – Health and Food Safety. (2015). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2015 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
European Commission – Health and Food Safety. (2016). The Rapid Alert System for Food and Feed – 2016 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union.
European Commission – Health and Food Safety. (2017). The Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF), 2017 Annual Report. Luxembourg: Publications Office of the European Union
Emelda C, Supriatno, Ali SM. (2017). Tingkat akumulasi merkuri (hg) pada organ tubuh kelas gastropoda di kawasan perairan Sungai Sikulat Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal EduBio Tropika. 5(1), April 2017: 1-53
Febriyanti D, Pujiati RS, Khoiron. (2015). Total plate count dan staphylococcus aureus pada ikan asin manyung (Arius thallasinus) di TPI Puger Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa
Keer, M, P Lawicki, S. Aguirre and C. Rayner (2002). Effect of Storage Conditions on Histamin Formation in Fresh and Canned Tuna. Victorian Government Department of Human Services.
Khasanah, NE. (2009). Adsorpsi logam berat. Jurnal Oseana. 34(4): 1-7
Lastri. (2016). Faktor menurunnya ekspor kepiting Indonesia ke Amerika Serikat. JOM Fisip. 3(2): 1-16
Lehane L dan Olley J. (2000). Histamin Fish Poisoning Revisited. 58, 1-37.
Maulana H, Afrianto E, Rustikawati I. (2012). Analisis bahaya dan penentuan titik kritis pada penanganan tuna segar utuh di PT. Bali Ocean Anugrah Linger Indonesia Benoa Bali. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4): 1-5
Mardiah, Kantun W, Saokani J. (2017). Pengaruh perendaman sari bawang merah (allium cepa) untuk menghambat pembentukan histamin pada tuna loin madidihang (Thunnus albacares). Jurnal Balik Diwa. 8(1): 23-28
Mulyaningsih RTh. 2013. Monitoring logam berat dalam ikan laut dan air tawar dan evaluasi nutrisi dari konsumsi ikan. Jurnal Iptek Nuklier Ganendra. 17(1): 9-15
Nasariang AA, Lasut MT, Kawung NJ. Akumulasi merkuri (Hg) pada ikan di Teluk Manado. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 1(1): 8-14
Rooney JJ, Heuvel LNV. (2004). Root Cause Analysis for Beginners. Quality Progress : 45-53
Sunarya. (2014). Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Perikanan. Cetakan pertama. CV. The Spring
Tapia GG, Quintero GB, Infante JA, Aguilar RP, Cortes JA and Ramirez JA (2013). Influence of physical damage and freezing on histamine concentration and microbiological quality of yellowfin tuna during processing. Food Sci. Technol, Campinas, 33(3): 463-467, July-Sept. 2013. doi: http://dx.doi.org/10.1590/S0101-20612013005000061
World Health Organization. (2014). Salmonella. Retrived 25 Maret 2018 from http://www.who.int/topics/salmonella/en/
DOI: http://dx.doi.org/10.31153/js.v21i2.757
Refbacks
- There are currently no refbacks.